Saturday, October 5, 2013

Apa Indonesia Sudah Butuh 4G LTE?


Sorak-sorai teknologi Long Term Evolution (LTE) telah ramai di sejumlah negara. Sementara Indonesia, masih berkutat dengan 3G, status trial baru dilekatkan untuk LTE. Namun jika dikembalikan pada kondisi yang ada, apa Indonesia sudah butuh LTE?


Memang, hal ini tak bisa digeneralisasi. Di antara penduduk kota besar dan kota kecil tentunya memiliki kebutuhan berbeda, termasuk kebutuhan akan kecepatan internet.
Menurut Direktur Network Telkomsel, Abdus Somad Arief, untuk penduduk di kota maju, teknologi komunikasi generasi keempat (4G LTE) dirasa sudah perlu diadopsi karena situasinya juga mendukung.

Terlebih, kota besar seperti Jakarta jadi gerbang masuk tamu-tamu luar negeri. Mereka pasti juga ingin menikmati infrastruktur di Indonesia.

"Contoh saja pada acara KTT APEC di Bali, alasan Telkomsel menggelar trial LTE adalah agar experience-nya bisa kita cover. Banyak delegasi KTT APEC yang di negaranya sudah pakai 4G. Kedua, ini cukup luas untuk cluster yang bisa kita pakai untuk trial," ujar Asa, panggilan akrab Abdus Somad Arief.

"Di KTT APEC di bali ini, kami cover LTE mulai dari bandara, area publik sepanjang jalan dan venue. Mereka (delegasi APEC) merupakan user alami, karena dari negara asalnya sudah pakai 4G," lanjutnya.

Sementara Direktur Utama Telkomsel Alex J. Sinaga menilai, tingkat urgensi adopsi LTE di Indonesia masih menyisakan dua persoalan penting. Yakni soal frekuensi dan handset.

"Dua persoalan ini yang perlu kita lihat dengan jelas, untuk melihat timingnya. Frekuensi adalah sumber daya terbatas, otomatis regulator harus melihat lagi, alokasi spektrum yang sekarang ini, baik dari sisi teknologi maupun dari sisi operator," kata Alex, di sela KTT APEC.

"Kita misalnya, punya 2G di frekuensi 900 MHz dan 1800 MHz, dan 3G di 2100 MHz. Di beberapa negara ada yang mengimplementasikan LTE di 1800 MHz dan 2300 MHz. Kita punya dari sisi yang dua persoalan tadi, terutama soal device yang merupakan bagian dari ekosistem 4G, yang paling banyak itu yang di 1800 MHz tapi itu saat ini," jelasnya.

Akan paling ideal memang kalau di semua spektrum itu ada, sehingga akan lebih mudah menata ulang elokasi frekuensi. Namun, pilihan paling memungkinkan saat ini adalah 1800 MHz untuk LTE.

Pertimbangannya adalah ekosistem lebih siap terutama dari sisi device ada di spektrum itu. Hanya saja, dari sisi alokasi frekuensi 1800 MHz masih sesak oleh pengguna 2G.

"Nah, kapan ini pasnya, tentunya itu jadi hitung-hitungan regulator juga. Tapi ujung-ujungnya 2G pasti migrasi. Termasuk Telkomsel, di tahun 2015 tidak akan lagi menambah BTS 2G, sehingga memang antara pemikiran yang visioner harus dibangun dengan keadaan saat ini," kata Alex.

LTE sendiri merupakan evolusi teknologi seluler generasi ke-4 (4G) yang telah diluncurkan secara komersial oleh 213 operator di 81 negara di dunia, di mana 43 persen di antaranya menggelar layanan ini di frekuensi 1800 MHz (sumber: gsacom.com-July 2013 ).

Kominfo sendiri sudah memiliki roadmap, dimana awalnya implementasi LTE dijadwalkan mulai digeber pada tahun 2018. Namun ternyata perkembangan ekosistemnya lebih cepat dari yang diperkirakan, sehingga Menkominfo Tifatul Sembiring sudah menyatakan bahwa adopsi LTE kemungkinan dipercepat. Kalau tidak di tahun 2016 atau bisa juga di 2014.


Source
Music Blogs